Minggu, 04 Desember 2011

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA secara PSIKIS

Rumah seharusnya merupakan sebuah tempat yang menyenangkan. Tempat untuk kita pulang setelah seharian beraktivitas, tempat yang hangat sehingga kita merasa aman dan terlindungi. Tapi bagaimana kalau rumah justru menjadi tempat penganiayaan yang tersembunyi?

KDRT tak hanya berupa kekerasan fisik tetapi juga meliputi kekerasan seksual, ekonomi dan psikologis. Termasuk dalam kekerasan psikologis adalah penghinaan, komentar yang merendahkan, termasuk juga melarang istri berkunjung pada keluarga maupun bersosialiasi dengan teman-teman yang tidak dikehendaki suami. Tidak mempunyai ruang frevasi sedikitpun, HP dengan se-enaknya suami buka-buka, selanjutnya marah bila ada pesan yang dia tidak mengenalnya, di sangkar emas tapi hidup bagaikan hidup dalam neraka. Seorang perempuan, sebut saja bernama Bunga , bercerita bahwa suaminya sering menyebut ia sebagai pelacur. “Tapi herannya, bukannya merasa jijik, dia masih saja mau berhubungan intim dengan saya, seperti tidak ingat bahwa dia sendirilah yang pernah menganggap saya seperti pelacur,” ujarnya pedih. Sakit mas aku, belum lagi aku gak boleh bekerja tapi tidak pernah di kasih uang, inilah derita ibu cantik, dengan mengusap tetes air mata kau ceritakan deritanya…

1. KEKERASAN PSIKIS / SIKSAAN BATIN
Kekerasan psikologis semacam ini memang bertujuan mengganggu dan menekan emosi, membuat istri tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, selalu bergantung pada suami dalam segala hal, termasuk keuangan.

2. KEKERASAN SEKSUAL
Sementara kekerasan seksual terjadi dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual. Seringkali ancamannya sederhana, istri tidak boleh menolak keinginan suami. Seperti yang dialami beberapa teman facebookku sudah mendapat hinaan, masih pula ingin berhubungan intim. Dalam kondisi seperti itu, sebenarnya istri ingin menolak, masih sakit dengan kata-kata suaminya. Tapi jika ditolak, justru timbul masalah berikutnya.

3. KEKERASAN EKONOMI
Sedangkan yang dimaksud dengan kekerasan secara ekonomi meliputi tidak memberi nafkah istri, yang biasanya terjadi pada istri yang tidak bekerja sehingga suamilah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga. Dengan demikian suami bisa menentukan sendiri berapa uang yang akan diberikan pada istri untuk keperluan keluarga, atau sama sekali tidak menafkahi. Di sisi lain, kekerasan ekonomi juga meliputi suami yang melarang istri bekerja, atau justru membiarkan istri bekerja untuk dieksploitasi. Artinya, istri boleh bekerja tapi penghasilannya digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sementara gaji suami untuk keperluan dirinya sendiri dan kesenangannya…

Urusan ‘Dalam Negeri’
KDRT memang ibarat gunung es. Seberapa pun banyaknya perempuan yang telah melaporkan kejadian ini, masih lebih banyak lagi perempuan yang memilih untuk berdiam diri. Jika Anda kebetulan menjadi seseorang yang dipercaya untuk mendengar cerita ini dari seorang perempuan, berhentilah berpikir bahwa ini ‘sekedar’ masalah rumah tangga. Bantulah ia mencari pertolongan, baik dengan mendatangi rumah sakit, polisi, maupun lembaga swadaya masyarakat yang menangani korban KDRT. Tanpa bantuan dari pihak luar, korban KDRT sulit mencari jalan untuk keluar dari permasalahannya.
Saran:
Lawan lah suami yang seperti ini kalau sudah gak tahan mau berpisah , saya sediakan Pengacara, untuk anda dan anda akan mendapatkan bagian apa yang semestinya dapatkan.

2 komentar:

  1. Selama ini saya ngg sadar klo sudag menjad korban :((

    BalasHapus
  2. saya mengalami semua kdrt tersebut... apa yang harus saya lakukan ?






    BalasHapus