Sabtu, 26 November 2011

MENGAPA TERUS MEMBUJANG

Umur dah cukup bahkan hampir mendekati kepala empat, pendidikan tidak diragukan lagi, secara ekonomi cukup mapan, mengapa terus membujang, sementara penduduk di Indonesia banyak wanitanya, seandainya para bujang mapan mau nikah, minimal akan membantu mengurangi beban derita para gadis yang dah lewat umur, menolong janda yang ditinggal suaminya dan membantu anak yatim yang terlantar.

Enaknya hidup membujang itu kalau kemana-mana itu tidak ada melarang, tetapi kalau malam sendirian bisa kedinginan walau sudah memeluk bantal guling dan selimutan, demikian kira-kira bunyi syair sebuah lagu.

Keinginan untuk memiliki teman hidup bagi seorang bujangan adalah keinginan seluruh pria normal. Harapan yang ideal dan usaha yang maksimal dilakukan untuk menggapai semua cita untuk menemukan pasangan hidupnya. Cantik, baik hati, tidak sombong, harta berlimpah, anak tunggal, bapak ibunya sudah pada sepuh jadi bagian “harapan” para bujangan, walau hasil akhirnya tidak seperti yang diharapkan.

Berpacaran bertahun-tahun untuk menjajaki satu sama-lain, untuk merasakan bagaimana kita bisa menerima segala kelebihan dan kekurangan masing-masing, walau sebenarnya itu hanya alasan yang dibuat-buat saja untuk mengulur-ulur ketidak siapan mental untuk memasuki jenjang pernikahan.

Menjadi bujangan memang bukanlah hal yang mudah untuk dijalani, apalagi bila kita termasuk orang yang aktif mengaktualisasikan diri ditengah masyarakat. Ada saja omongan dari kanan dan kiri akan status bujangan yang kita sandang. Apalagi jika para calon mertua merasa bahwa kita cocok untuk dijadikan calon mantu untuk menikahi putri mereka, tetapi kita malah menolaknya mentah-mentah karena alasan yang dibuat-buat. Padahal usia sudah cukup matang untuk menikah. Lagi-lagi kesiapan mental yang kemudian menjadi batu sandungan dengan membungkusnya menggunakan alasan belum siap materi, masih belum selesai pendidikan, belum cocok dan lain sebagainya.

Ada pernyataan cukup keras bahwa ada 2 alasan kenapa laki-laki itu masih hidup membujang, pertama karena DIRAGUKAN KEJANTANANNYA dan yang kedua karena MASIH SENANG MELAKUKAN MAKSIAT. Memang berat ternyata hidup membujang itu, tidak seperti yang tampak oleh kasat mata. Menjaga agar nafsu seksualnya tidak tersalurkan kepada tempat yang haram memang bukan perkara yang mudah bagi seorang bujangan, oleh karena itu menikah menjadi hal yang harus disegerakan.

Walau ternyata pernikahan tidak menjadi hal yang jauh lebih mudah dari hidup membujang, tentu bukan hal yang patut untuk kita takutkan dan membuat kita tak pernah siap untuk menikah dan membujang seumur hidup.

Banyak manfaat bagi diri kita pribadi dengan memasuki jenjang pernikahan, baik secara kesehatan seksual juga kesehatan kita sebagai makhluk beragama.
” Bertanyalah pada diri kita secara jujur apa enaknya hidup membujang?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar